Menjadi Mahasiswa Bukan Rata-Rata

Jumat, 23 September 2016 merupakan hari yang kurang bersahabat untuk para pejalan kaki yang lupa membawa payung. Pada hari itu, terdapat suatu peristiwa yang berharga buat mahasiswa-mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang bosan atau ingin menjadi mahasiswa yang standar. Seminar mengenai Menjadi Mahasiswa Bukan Rata-Rata yang diselenggarakan di Grha Saba Pramana terlaksana pada tanggal itu dalam rangka UGM EXPO 2016. Ditemani oleh udara dingin dan basah, seminar ini dihiasi oleh para pembicara yang memiliki pengalaman yang luar biasa untuk di bagikan dan tips untuk menjadi mahasiswa yang bukan biasa-biasa saja. Di awali oleh pembicara pertama yaitu Bapak Wikan selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada yang memberikan pembukaan yang menyadarkan para pengunjung yang hadir pada UGM EXPO 2016. Dalam pembukaan ini beliau mengatakan bahwasanya mahasiswa abad ke-21 adalah mahasiswa yang memiliki kompetensi abad itu sendiri. Kompetensi yang dimaksud adalah:  Critical Thinking, Soft Skill, Knowledge, Cross Culture Communication, Inovasi Kreatif, Reward dan IT yang mendukung. Semua kompetensi ini haruslah berjalan dan berkembang pada mahasiswa abad ke-21 untuk mencapai tujuan yang sudah di impikan. Di lanjutkan oleh pembicara kedua yang dibawakan oleh Mas Rehan selaku pemilik Chockles yang sudah berkembang pesat di jogja bahkan sampai di luar jogja. Belia merupakan alumni dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada angkatan 2012. Beliau mengajarkan bahwa, untuk menjadi mahasiswa diatas rata-rata itu harus berinovasi. “Innovation Or Die”, itulah slogan yang sering di ucapkan oleh mas rehan. Melalui kisah nyatanya dalam berwirausaha, beliau mengajarkan untuk jangan menyerah, menyerah tidak akan mendapatkan apa-apa. Untuk mencapai sesuatu memanglah membutuhkan usasha yang keras, inovasi dan tekad yang tak kenal lelah. Setelah diberikan sedikit cerita dan guyon dari Mas Rehan, masuklah pembicara ketiga yaitu Bapak Atus Syahbudin selaku dosen di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Dalam sharingnya kali ini, Pak Atus memberikan tips untuk menjadi kaya tanpa harus berwirausaha yaitu dengan cara memanfaatkan beasiswa yang ada, seperti beasiswa LPDP. Beliau berkata bahwa melalui beasiswa banyak sekali keuntungan yang akan kita dapat, seperti: Jaringan yang luas,biaya pendidikan, ilmu yang luarbiasa banyak, dan hubungan antar budaya satu dengan budaya yang lain. Tak hanya beasiswa, pak atus juga memberikan materi mengenai rekam jijak. Rekam jijak ini penting untuk mengetahui seberapa jauh progres yang telah kita capai. Setelah Pak Atus berbagi cerita dan sedikit pengalaman nyatanya mengenai beasiswa LPDP lalu lanjutlah kepada pembicara ke-4 yaitu Mas Yusuf selaku Mahasiswa Fakultas Kehutanan yang prestasi dalam bidang bela diri yaitu pencak silat. Dalam sharingnya Mas Yusuf mengatakan bahwa bakat dalam diri seseorang harus dilatih agar mampu menentukan dan meraih tujuan yang di impikan. Dan pembicara yang terakhir diberikan oleh Mas Mokhamad Ali Zaenal Abidin selaku ketua BEM KM UGM. Dalam sharingnya, mahasiswa Fakultas Kedokteran ini mengatakan bahwa berorganisasi itu penting. Dengan berorganisasi kita mendapatkan banyak keuntungan. Dan ingat, jangan lupakan akedmik. Kalau kalian tau jadwal kalian sibuk, gunakanlah time management yang bnaik dan benar. Buktinya, di sela-sela kesibukan beliau sebagai ketua BEM, beliau memiliki ipk 3.5 yang menandakan bahwa berorganisasi bukanlah sebagai penghambat dalam bidang akademik ataua yang lainnya.

Dari semua pembicara yang sudah berbagi cerita dalam seminar ini, saya merasa sangat bersyukur karena masih berkesempatan untuk menghadiri seminar ini. Pembicara dari seminar ini mengajarkan banyak sekali hal kepada saya mulai dari kompetensi mahasiswa abad 21, berinovasi dan pantang menyerah, memanfaatkan beasiswa, mengembangkan bakat, sampai time management saya dapatkan. Semoga saya bisa menyusul menjadi seorang pembicara pada UGM EXPO yang akan datang. Hidup Mahasiswa Indonesia!